Skip to main content

Favorite Movie

 #30DaysWritingChallenge #Day7

Memasuki hari ketujuh semangat menulis harus lebih dibakar lagi, karena sudah mulai sedikit padam.

Nah, kalau soal kesukaan, saya ini bukan orang yang kalau suka sama sesuatu dipuja-puji banget, gak bisa saya suka sama sesuatu sampai tergila-gila kecuali sama MU dan Hanif Sjahbandi (teteup sepakbola). 

Kalau ditanya warna kesukaan aja saya suka bingung, karena ya saya suka semua warna?! Hahaha

Oke kita lanjut ya, kalau soal movie/film saya paling tidak suka genre horror, ya, karena saya takut. Saya lebih memilih tidak mengikuti trend daripada saya harus dibayang-bayangi film horror selama minimal sebulan. Duh, kapok.

Pernah saat itu saya dipaksa oleh teman-teman saya untuk mengikuti mereka menonton film horror, dan saya hanya menutup mata serta telinga sampai saya ketiduran di dalam bioskop hahahaha. 

Tetapi saya ingin bercerita soal film yang beberapa waktu lalu baru saya lihat, judulnya 'The Captain' yang rilis pada tahun 2016, ini sebuah film China yang diangkat dari kisah nyata seorang pilot yang mengalami masalah pada pesawatnya. 

Film yang membuka mata kita bahwa kita harus menjadi seseorang yang berintegritas, bertanggungjawab, memiliki profesionalitas yang tinggi terhadap suatu profesi, kerja keras dan pantang menyerah. Film ini juga membuat para penontonnya merasakan haru hingga cirambay kalau kata orang sunda. Karena saya pun menitikan air mata huhuhu.

Mungkin cukup sampai di sini, sampai bertemu esok hari!

Comments

Popular posts from this blog

Pertemuan Riva dan Rifki

Gunung Merbabu dengan pemandangan Gunung Merapi, 2022 dokumen milik pribadi Pertemuan pertama terjadi saat di perjalanan menuju puncak Gunung Merbabu di waktu subuh. Kami adalah pendaki asing yang tidak mengenal satu sama lain, namun karena hati baiknya, kita bisa saling mengenal, bahkan hingga sekarang. Saat itu kondisi trek menuju puncak Gunung Merbabu cukup licin, karena habis diguyur hujan besar semalaman, dan aku berdua dengan sepupuku tertinggal teman yang lain. "Duluan aja, Mas, kita jalannya lama." "Gapapa, Mba, jalan aja, di belakang udah gak ada pendaki lagi soalnya, masih jauh jaraknya ke pendaki yang lain." Dan setelah aku tengok ke belakang, memang iya, saat itu tersisa kami bertiga, jarak kami jauh dengan pendaki yang di depan, juga pendaki yang di belakang kami. Lalu aku dan si Mas baik ini saling melempar pertanyaan basic ala pendaki yang bertemu di perjalanan.  "Ikut open trip tigadewa, Mas?" "Iya, Mba. Mbanya juga tigadewa?" ...

Me vs My Mind

Memutuskan untuk menjalani hubungan dengan seseorang, berarti juga harus siap dengan segala perubahan sekecil apapun di dalam kehidupan. Aku, yang baru memulai hubungan di umur 24 tahun, masih terus beradaptasi sampai di bulan kesembilan hubungan. Belajar beradaptasi dengan diri sendiri, juga pasangan. Rasanya? Yaa, ternyata cukup membutuhkan energi yang besar. Masih bertanya-tanya, kenapa ya orang lain sanggup untuk memulai hubungan dengan lawan jenis bahkan sejak dari bangku sekolah? Kenapa kok setelah mereka mengakhiri hubungan, mereka bisa dengan mudahnya memulai hubungan kembali dengan orang yang baru? Gimana prosesnya? Dan sesulit apa? Menurutku memutuskan untuk memulai suatu hubungan perlu dipikirkan dengan matang-matang, dan di usia yang matang pula. Setiap hubungan pasti ada dinamika tersendiri; naik-turunnya perasaan, masalah kecil yang muncul silih berganti, timbulnya perasaan 'si paling' dalam hubungan, kurangnya timbal balik, belajar mengerti satu sama lain, melati...

Couldn't Ask For a Better Person

Pertemuan pertama setelah pendakian Gunung Merbabu; Juni 2022 Kiranya sudah satu tahun hubungan ini mengalir dan berlalu bersama ribuan cerita baik yang berkesan hingga hari ini. Hubungan yang aku jalani bersama lelakiku yang baik hatinya dan bijak pikirannya.   Setelah bertemu kamu, narasi doa ku kepada Sang Pencipta menjadi berbeda. Bukan lagi aku yang secara rinci menyebutkan kriteria pasangan keinginanku satu persatu yang menuntut banyak hal di dalamnya. Doaku kali ini hanya satu; meminta untuk semakin diyakinkan tanpa ragu, bahwa aku akan memilih kamu menjadi pasangan hidupku, hingga akhir hayatku. -- Satu tahun yang cukup mudah dan juga lelah untuk kami yang baru pertama kali menjalani suatu hubungan. Memang tidak dipungkiri bahwa hubungan ini memiliki komunikasi yang baik. Aku bisa dengan santai bercerita apapun hingga membicarakan hal-hal yang membuat hatiku tidak nyaman karenanya, dan yang terpenting ia bisa mengatasi segala kekhawatiran yang ada di dalam pikiranku. Sering...