![]() |
Gunung Merbabu dengan pemandangan Gunung Merapi, 2022 |
Pertemuan pertama terjadi saat di perjalanan menuju puncak Gunung Merbabu di waktu subuh. Kami adalah pendaki asing yang tidak mengenal satu sama lain, namun karena hati baiknya, kita bisa saling mengenal, bahkan hingga sekarang.
Saat itu kondisi trek menuju puncak Gunung Merbabu cukup licin, karena habis diguyur hujan besar semalaman, dan aku berdua dengan sepupuku tertinggal teman yang lain.
"Duluan aja, Mas, kita jalannya lama."
"Gapapa, Mba, jalan aja, di belakang udah gak ada pendaki lagi soalnya, masih jauh jaraknya ke pendaki yang lain."
Dan setelah aku tengok ke belakang, memang iya, saat itu tersisa kami bertiga, jarak kami jauh dengan pendaki yang di depan, juga pendaki yang di belakang kami. Lalu aku dan si Mas baik ini saling melempar pertanyaan basic ala pendaki yang bertemu di perjalanan.
"Ikut open trip tigadewa, Mas?"
"Iya, Mba. Mbanya juga tigadewa?"
"Ngga, aku sama temen-temen, gak ikut open trip."
–
"Darimana, Mba?"
"Aku dari Bekasi. Mas darimana?"
"Bintaro."
"Oh, Bintaro sektor berapa?"
"Sektor 9, Mba."
–
"Kuliah angkatan tahun berapa, Mba?"
"2016. Mas tahun berapa?"
"Oh sama dong, saya juga angkatan 2016."
"Berarti lahiran tahun 98?"
"Iya 98."
"Wah, berarti kita sepantaran, aku juga 98."
Ternyata kami seumuran.
–
"Mba namanya siapa?"
"Riva. Mas namanya siapa?"
"Rifki."
–
Selama aku mendaki gunung manapun, setiap aku mengobrol dengan pendaki-pendaki yang lain, tidak ada diantara kami yang menanyakan nama masing-masing, ya biasanya berlalu begitu saja. Rifki adalah pendaki asing yang pertama kali menanyakan namaku, lalu kami saling berkenalan.
Perjalanan kala itu hanya ditemani headlamp, dengan formasi sepupuku berjalan di paling depan, aku di tengah, dan Rifki di belakang. Suasana masih gelap gulita, lupa tepatnya pukul berapa, tetapi itu sebelum masuk waktu Subuh. Mungkin sekitar pukul 04:00 pagi di perjalanan dari Pos 4 (Sabana 1) menuju Pos 5 (Sabana 2) Gunung Merbabu via Selo, Boyolali.
"Ki, ini aku udah ketemu temen aku, kamu duluan aja, makasih ya." Saat itu aku dan sepupuku, Teh Widha, sudah bertemu dengan Mas Zeta.
"Oh yaudah oke, aku duluan ya, Va"
Lalu kami berpisah di situ.
Aku, Teh Widha, dan Mas Zeta melanjutkan perjalanan dengan pace yang pelan tentunya. Sampai tiba saatnya sholat Subuh, kami berhenti sejenak untuk sholat sambil membakar kembali semangat Teh Widha yang ingin menyerah ((nangis dikit gak ngaruh)).
Kami bertiga hampir sampai di Puncak Triangulasi. Mas Zeta dan Teh Widha berjalan duluan, dan aku di belakang masih sibuk mengabadikan indahnya hamparan Gunung Merbabu dengan pemandangan Gunung Merapi yang gagah. Di saat aku sedang merekam, ada suara yang memangil namaku dari belakang;
"Riva!'
Aku menengok namun tanganku masih sambil merekam. Saat itu aku juga berpikir;
"Ini siapa ya? kok ada yang kenal gue di Merbabu selain teman-teman yang mendaki bareng gue? kok mukanya asing ya gue gak kenal sama sekali? temen TK bukan, temen SD, SMP, SMA, kuliah dan kerja pun bukan.."
Lalu aku teringat; "ooh iya, tadi kan gue kenalan sama orang di tengah jalur pendakian!"
"Rifki, ya?"
"Iya. Baru sampe?"
"Iya nih. Kamu udah ke puncak ya? Dua-duanya? (Puncak Triangulasi dan Puncak Kenteng Songo)"
"Aku udah, ini aku mau turun lagi"
"Ooh yaudah, aku naik dulu ya"
Aku dan Rifki pun berlalu, aku berjalan menuju Puncak Triangulasi, dan Rifki harus segera turun menuju tempat camp karena peserta open trip harus menyesuaikan itenerary yang ada.
Aku cukup lama menghabiskan waktu di puncak Merbabu karena temanku yang lain, Iqbal, Farros, dan Geo membawa kompor, panci, air, dan berbagai minuman kemasan juga snack yang bisa kita nikmati dulu di sana.
Kami pun turun dan berhenti untuk berfoto-foto di Sabana yang dulunya disebut Bubat Jaran atau ekor kuda kerena rumput-rumputnya yang mirip dengan ekor kuda. Setelah puas berfoto, kami melanjutkan perjalanan ke tenda kami untuk segera menyiapkan bahan masakan untuk makan siang sebelum turun ke basecamp.
Saat sebelum sampai ke tenda ku, ternyata aku melewati tenda peserta open trip tigadewa, pastinya aku berpapasan lagi dengan Rifki, lalu kami saling bertegur sapa lagi. Rifki dan teman-temannya sudah rapi menggendong tas kerilnya dan siap untuk turun pada pukul 09:30. Lalu aku dan teman-temanku? Lanjut mengupas bawang, cabai, buncis, masak nasi, menggoreng nugget, memanggang roti, merapikan tenda, dan merapikan ulang keril kami hingga pukul 13:00 kami baru bersiap untuk melanjutkan perjalanan turun ke basecamp.
Sampai di basecamp pada pukul 17:20, sudah sangat sore, tentu para peserta open trip sudah jalan menuju Jakarta kembali. Lalu aku dan teman-teman kembali ke Jogja untuk lanjut berlibur.
Keesokan harinya, aku masih tidak berdaya di penginapan, badan sampai ujung kaki ku sakit semuanya. Ketiadaan mata air di jalur pendakian Gunung Merbabu via Selo, membuat kami semua membawa pasokan air yang cukup banyak setiap orangnya yang menyebabkan pundak ku begitu sakit. Hari itu aku hanya berbaring sambil bolak-balik scrolling sosial media, saat itu akun instagram tigadewa me-repost foto dan video para peserta open tripnya, lalu ada postingan foto yang di dalamnya ada yang me-tag akun instagram @rifqipriyambodo.
"Ini tuh Rifki yang kenalan sama gue bukan, ya?" begitu pikirku.
Ingatanku tentang wajah Rifki samar, karena di foto tersebut pun wajah Rifki tidak terlalu terlihat jelas, karena kecil.
Saat aku buka akun tersebut, akunnya diprivasi, foto profilnya b&w tanpa terlihat muka sang pemilik akun, tanpa bio, dan tanpa fullname, pokoknya hanya username saja. Si kepo alias aku, mencoba follow akun tersebut, niatnya kalau di-accept dan tidak di-followback ya sekadar stalking habis itu unfollow lagi. Kalau di-follback, ya let's be friend, karena aku suka berteman :D
Ternyata si pemilik akun @rifqipriyambodo menerima permintaan pertemananku di instagram, sekaligus langsung di-followback dan Rifki langsung mengirimkan aku direct message 😝
![]() |
Pesan Rifki pertama kali di DM instagram |
Bermula dari situ, kita berlanjut berbalas pesan di DM, Rifki rajin membalas setiap story instagram yang ku upload. Hingga suatu waktu aku melemparkan basa-basi yang benar-benar basi;
"Sabtu atau Senin main-main ke Citos, aku lagi ada event"
Kata Rifki, dia gak bisa datang Hari Sabtu karena mau pulang kampung, namun tanpa disangka-sangka, di Hari Senin siang Rifki mengirimkan pesan.
"Hari ini Riva ke event di Citos?"
"Iya, hari ini aku ke Citos!"
"Rencana sampai jam berapa Riva disana?"
"Sampai malam nih Ki kayaknya, aku berangkat sore nanti."
"Oh gitu, okedeh, nanti aku mampir lepas pulang kerja ya"
"Wih, beneran Ki?"
"Iya bener. Boleh gak?"
"Boleh dong."
"Oke see you.."
"See you!"
Basa-basi ku di atas disambut serius oleh Rifki. Jelas aku hanya basa-basi, siapa juga yang mau serius menanggapi ajakan untuk datang ke event di hari kerja? Terlebih itu di Hari Senin. Apalagi tempat kerja Rifki di PIK. Pantai Indah Kapuk. Di ujung Kota Jakarta. Lalu event ku? Di Mall Cilandak Town Square, Jakarta Selatan. Rifki harus menempuh perjalanan PIK - Cilandak saat jam sibuk pulang kerja. Membayangkan saja aku lelah. Tapi Rifki melakukan itu.
Rifki memberi info kalau dia on the way dari kantornya menuju Citos sekitar pukul 17:38, kemudian sampai di Citos sekitar pukul 19:38, tepat 2 jam. Dua-jam.
Bertemulah kita di lobby, lalu aku ajak Rifki melipir ke J.co karena dekat dengan booth ku. Aku berdua dengan temanku, Khansa. Ada saat dimana Khansa beranjak membeli sushi titipan adiknya, jadilah hanya aku dan Rifki mengobrol berdua. Banyak topik yang kita bicarakan malam itu, obrolan santai namun tersirat penuh dengan informasi tentang diri masing-masing. Rifki ternyata juga fans MU, Rifki suka bola, Rifki lulusan pondok pesantren, Rifki ini dan Rifki itu. Seru sekali obrolannya, dan aku sangat menikmati.
Waktu semakin malam, kita sudah diingatkan oleh staff J.co bahwa outlet akan segera tutup. Kami beranjak ke booth ku, lalu aku dan teman-teman mulai membereskan barang-barang di booth. Dari awal kami beranjak dari J.co, aku menyuruh Rifki untuk langsung pulang, tapi qadarullah hujan turun, akhirnya Rifki menungguku merapikan booth. Di tengah aku merapikan baju, hujan sudah berhenti, aku mendekat ke tempat Rifki duduk, dan mengingatkan kembali untuk segera pulang, sangat tidak apa-apa kalau ditinggal.
Tapi Rifki adalah Rifki. Rifki tetap menunggu sampai selesai, dan dia pun membantu mengangkat barang-barang ke trolley, juga membantu mendorong trolley sampai ke basement. Iya, malam itu kami loading out karena hari itu adalah hari tekahir event. Rifki membantu sampai selesai, sampai barang-barang tersebut berlalu dibawa oleh truk.
"Foto dulu yuk, Ki."
"Yuk."
Teman-teman dekat ku pasti tidak heran kalau aku mengajak foto, karena aku sangat suka mengabadikan momen apapun, dan aku sudah biasa berfoto berdua dengan teman lelaki juga membagikannya ke sosial media. Jadi pikirku saat itu;
"Kayaknya seru juga melanggengkan pertemanan yang awal bertemunya di gunung"
Ada momen lucu setelah berfoto yang tidak akan aku lupakan. Sebelum berpamitan pulang, Rifki meminta nomor handphone ku, tapi dengan pertanyaan;
"Riva, kamu ada nomor hp?" (((kamu. ada. nomor. hp???)))
"Ya ada lah, Kiii. Emangnya aku komunikasi pake HT?"
Rifki pikir aku ini anak suku baduy dalam kah yang tidak pakai HP?😇 kemudian aku menyebutkan nomor ku yang langsung diketik oleh Rifki di handphonenya.
Tepat 2 minggu sejak perkenalan di Gunung Merbabu sampai dengan pertemuan di Citos. Kemudian kurang dari satu bulan sejak saat pertemuan Citos, Rifki mengajakku main ke Jakarta Escape. Setelah dari Jakarta Escape aku mengajak Rifki ke GOR Ciracas untuk menonton adik lelakiku lomba pencak silat, saat itu juga Rifki bertemu dengan Ibu dan kedua adikku, padahal sebelumnya Ibu mengurungkan niatnya untuk pergi ke GOR Ciracas. Hari itu kita anggap sebagai kencan pertama kita.
–
10 hari setelah kencan pertama, Rifki mengutarakan keinginannya untuk mengenalku lebih jauh. Lalu aku iya-kan.
–
3 minggu setelah kencan pertama jatuh di Hari Sabtu, 13 Agustus 2022, kita mengelilingi Kota Jakarta. Kita naik kereta ke Museum Seni Rupa dan Keramik untuk mengikuti workshop gerabah, naik bajaj ke Gambir untuk makan es krim Ragusa, naik transjakarta ke Dukuh Atas, lanjut naik MRT ke Fatmawati, lanjut naik MRT lagi dan KRL untuk menonton teater di Taman Ismain Marzuki. It was fun! Dan kami sebut ini sebagai kencan kedua.
–
Minggu berikutnya tanggal 21 Agustus 2022, tepat 4 minggu/1 bulan setelah kencan pertama, Rifki mengajakku kondangan ke pernikahan sahabatnya, pulang dari sana kami makan di Rummah Go'A sambil bermain kartu tentangKita edisi pendekatan. Sore itu juga Rifki bertanya;
"Kamu mau ngga nikah sama aku?"
–
Untuk aku yang baru kali ini dekat dengan laki-laki se-intens itu dan langsung ditanyakan pertanyaan seperti itu pula, tentu aku bertanya-tanya; 'apa ya yang membuat Rifki begitu yakin denganku?'
Rifki pun sama, ia juga baru kali ini menjalin hubungan.
Aku mengiyakan pertanyaan Rifki tersebut, namun dalam prosesnya tentu tidak semudah itu. Aku dan Rifki melewati banyak diskusi panjang, banyak pertimbangan, dan juga banyak penyesuaian. Selalu meminta diyakinkan dan dimantapkan hati, sambil mencari tau dan mencari jawaban-jawaban dari banyaknya kekhawatiran di kepalaku.
–
November 2022
Aku dan Rifki bertemu sambil menyusun rencana pernikahan kami untuk pertama kalinya.
–
Juli 2023
Rifki dan keluarga datang ke rumahku untuk membicarakan tentang hubungan kami yang ingin berlanjut ke tahapan yang lebih serius yaitu menikah.
–
September 2023
Aku dan keluarga bergantian menyambangi rumah Rifki untuk membicarakan rencana acara lamaran dan pernikahan kami. Saat itu aku dan Rifki mempresentasikan rencana kami ke depannya secara detail dengan menggunakan power point, materi di dalamnya berisi tentang tujuan kami menikah, tempat tinggal setelah menikah, tanggal dan venue lamaran, tanggal dan venue pernikahan, baju yang akan kami pakai saat akad dan resepsi, vendor-vendor yang telah kami survey, dan juga biaya pernikahan. Alhamdulillah hari itu berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Ditambah orangtua kami yang sangat bersyukur karena kami telah membuat perencanaan ini dengan matang.
–
Maret 2024
LAMARAN!
Alhamdulillah telah sampai kepada momen ini, momen yang hangat dan mengharukan. Sedari awal aku telah membicarakannya dengan Rifki, kalau aku gak mau acara lamaran yang ramai, heboh dengan dekorasi, dan diisi dengan rentetan agenda lain di dalamnya. Aku hanya ingin acara yang intim, dihadiri keluarga terdekat, lalu Rifki mengutarakan maksud dan tujuannya, selesai. Alhamdulillah semua sesuai rencana dan berjalan dengan lancar. Walau pada akhirnya, kami mengundang banyak saudara lebih dari rencana sebelumnya, yang semula total 10 saudara yang hadir, menjadi hampir 20-an saudara yang hadir hahahaha tapi seru!
Sore itu Rifki melontarkan pantun untukku, tanpa memberi tahu sebelumnya, membuat acara semakin ramai. Hatiku saat itu jelas berbunga-bunga sampai seminggu setelahnya hahaha
Aku sudahi dulu ya, karena beberapa hari lagi kami akan melaksakan pernikahan, semoga kalian semua sehat dan bahagia. Love you!
Salam hangat,
Riva Aulia & Rifki Priyambodo
Comments
Post a Comment