Skip to main content

Bertemu

Selasa, 21 November 2017 ...

Assalamualaikum! Kemarin gue udah janjian sama Tante Tia, mama dari gelandang kesukaan gue yaitu Hanif Sjahbandi; untuk main. Main ya jalan-jalan aja gitu, karena udah lama gak ketemu.

Berangkat dari Stasiun Tebet menuju Stasiun Kota dan di lanjut dengan Go-jek. Keder buuuk pas di Stasiun Kota namanya bukan anak KRL yakan😂

Turun di lobby apartment, mencari di mana letak keberadaan Tante Tia, yuhu itu dia! Pas banget si Tante lagi keluar pintu celingak-celinguk mencari gue, dan gue dateng dari arah belakang.

"Assalamualaikum" salam gue sambil ngagetin si Tante.

"Waalaikumsalam, eh yaampun ini dia. Tante liat-liat nyariin kamu. Kamu turun di mana tadi kok dari arah sana?"


"Turun di situ, Tan" nunjuk mall.


"Yuk sini masuk. Bentar ya tante urus ini dulu. Duduk di sana, Riv"


"Arraseo, Eonni" WKAKAKAK KAGA DENG, CANDA.


"Oke, Tan"


"Kamu udah makan, Riv?"


"Belum hehe"


"Kebetulan Tante juga belum makan. Yaudah nanti kita sholat dulu abis itu baru makan ya"



"Ne, Eonni" WKAKAKAK canda lagi deng.



"Aku lagi gak sholat, Tan"



"Hm oke"



"Gimana ini tadi kamu baru pulang kuliah nih ceritanya?" lanjut Tante Tia.



"Iya, tapi aku ke Tebet dulu, jadi naik kereta dari Tebet"



"Icam kuliah tan?" lanjut gue.


"Iya, baru aja berangkat tadi naik busway. Izin pulang malem dia tadi"


"Tante kira kamu ke sini bawa nasi kebuli ih ternyata enggak. Dipamerin doang lewat foto" sambung Tante Tia yang mengira gue bawa nasi kebuli.


Ya pokoknya masih omongan-omongan enteng semacam itu, gak bisa detail banget soalnya kalo detail bisa-bisa kelarnya pas gue sidang kolokium. Waelah lebay.

Trus pas gue duduk eh malah difoto sama Tante Tia buat dikirim ke grup whatsapp 'sjahbandies' yang berisi Hanif, Hisyam, dan Haykal. Hadeh, mana rada-rada candid. Harusnya bilang dulu ya biar bergaya chanteq wkakakakkaka gak deng.

Di sana ada satu assitant Tante Tia, namanya Tante Mey, lalu gue dan Tante Mey kenalan.

"Oiya Mey, kenalin ini Riva"


Lalu aku salim.


Kita lanjut keluar mencari makan. Ternyata Tante Tia lagi datang bulan juga, jadi gak jadi sholat. Emang dari dulu kita kalo dateng bulan barengan ni, Ceu. Wkakakkakaka #infosangatberguna

Tapi sebelum cari makan kita keliling-keliling mall dulu sembari ngobrol ngalor-ngidul.

Buat kalian penggemar Hanif, gue dan Tante Tia kalo ketemu suka ngobrolin kalian loh. Gak tanggung-tanggung, ngobrolinnya individu, langsung nyebut nama. Wkwkwk. Jadi pasti diantara kalian ada yang kita bicarakan. Xixixi.

Sepanjang kelilingin mall kita sambil cerita tentang Hanif, Hisyam, Haykal dan Almarhum Om Rony. Tante Tia cerita kalo dia selalu dipanggil 'Nci' kalo lagi di mall, tapi Om Rony gak pernah dipanggil 'Ngko', selalu dipanggil 'pak haji'. Malah Hanif dipanggil 'Ngko' walaupun dia berkulit hitam😂 mungkin karena mayoritas di sana Chinese kali ya.

"Di sini lengkap loh, Riv. Ada bioskop juga" kata Tante Tia.

"Haduh coba waktunya gak mepet, kita nonton dulu deh, Riv" lanjut Tante Tia.

"Waiya ya, lain kali deh, Tan" jawab gue.

***

"Mas, saya mau jus mangga ya"

"Kamu mau apa, Riv?"

"Sama deh Tan, jus mangga juga"

"Saya mau ayam bakar lada hitam ya, Mas" pesan Tante Tia.

"Kamu pesan apa, Riv?"

"Sama deh Tan" Jawab gue yang lagi bingung mau makan apa.

"Ish jangan sama terus ah. Pokoknya gak boleh sama. Kamu pesan yang lain" kata Tante Tia. Wkwkwkwkwk.

"Ayam bakar lada hitam pedes gak sih, Tan?" tanya gue ke Tante Chia.

"Pedes gak, Mas?" tanya Tante Tia ke si Mas.

Lalu si Mas nanya ke gue. Gitu aja terus ampe Alvaro Morata cerai sama istrinya.

"Udah pokoknya kamu pesan yang lain, jangan sama terus" 

"Oke, saya ayam bakar madu deh, Mas"

"Bawa pulang ya, Mas" kata Tante Tia.

Oiya, sebelumnya pas kita lagi jalan-jalan di mall, sempet keluar dulu untuk liat reklamasi Teluk Jakarta. Tapi ternyata kok asik ya duduk sambil makan di pinggir laut. Akhirnya Tante Tia mempunyai ide cemerlang; yaitu take away makanan lalu makannya di pinggir laut (masih dalam kawasan mall tersebut).

Sambil nunggu pesanan, sambil ngobrolin kuliah gue gimana, kuliah Hisyam gimana. Lagi sama-sama kuliah kan ceritanya.

Duduk di tempat yang asoy dan disambut angin yang sepoy-sepoy kita membuka ayam bakarnya. Dan ternyata kita gak bisa bedain mana yang ayam bakar lada hitam dan mana yang ayam bakar madu. Huhuhu tapi untungnya belom sempet dimakan, udah saling tuker duluan.

"Followers instagram kamu berapa, Riv?"

"Haha dikit cuma seribu. Tante banyak ya sekarang"

"Iya itu fans-fansnya Hanif"

"Pasti Tante banyak yang nge-dm ya di instagram"

"Iya, mana pada pake bahasa jawa, bukannya apa-apa, tapi tante gak ngerti sama sekali. Kadang tante bales 'maaf ya tante gak ngerti bahasa jawa'. Yang lebih parahnya Riv, orang Malang itu kalo ngomong dibalik-balik. Haduh"

"Iya hahaha itu orang Malang udah hafal perkata apa kalo mau nulis nyusun kata dari belakang dulu ya, Tan?"

"Gak ngerti deh kalo itu, mungkin emang udah familiar kali ya bahasa-bahasanya, sering disebut gitu; kayak kita nih 'otw' gitu. Mungkin ya hahaha"

"Tapi yang ngomong dibalik-balik itu cuma lagi trend dikalangan anak muda apa emang orang tua juga ikut ngomong bahasa kebalik gitu?"

"Semuanya kayaknya deh, ada ceritanya, tapi kenapa gitu Tante lupa. Hanif sekarang kalo ngomong juga jawa"

"Sek sek" tante chia memeragakan Hanif.

"Itu artinya kayak 'nanti nanti' gitu kan, Riv hahaha"

Cerita tentang Two Touch, anak-anak Two Touch yang minta reuni tapi harus ada si Hanif, tentang klub-klub besar di Indonesia, pemain-pemain bola Indonesia, paling banyak sih kita ngomongin Persib. Soalnya kocyakkk. Ngobrolin teman-teman kuh, pesantrennya Haykal dengan berbagai macam kegiatannya, kuliahnya Hisyam, dan lain sebagainya. Sisanya gak mau ngasih tau. Biyar kepo lw smwa. Wqwqwqwq.

***

"Gimana kabar mama sama papa mu, Riv? Sehat?"

"Alhamdulillah sehat, Tan"

"Tan, aku mau nanya deh. Kenapa dulu tante ngebolehin aku main ke rumah? Padahal kan aku cuma iseng mention aja dan percaya aja gitu. Bisa aja kan aku bawa temen-temen aku atau gimana gitu" lanjut gue bertanya.

"Mungkin pas moodnya lagi bagus kali ya"

Sebenernya ada lagi alasannya, cuma hm hm kasih tau gak ya. Karena life is a choice yang artinya hidup adalah pilihan. Jadi gue memilih gak ngasih tau wkwkwkwkwk. Soalnya kalo dilanjutin akan panjang, plus ada cerita kocaknya. Jadi saling nyambung gitu deh. 

***

Cerita tentang maket reklamasi Teluk Jakarta yang ada di mall tersebut, Tante Tia mengajak gue untuk melihat maket tersebut. Nantinya, kalo udah jadi; Teluk Jakarta itu luasnya bisa 10x lipat dari besarnya lingkungan mall dan apartment yang Tante Tia tempatin. Whoa, sarap.

Sayangnya itu maket dijagain satpam dan dilarang foto pake handphone maupun kamera. Sayang banget ya. Iya, kalo sayang mah halalin atuh.

***

Singkat cerita sudah jam 15.00 dan Tante Tia pengen pergi untuk membeli stok untuk di tokonya. Lalu, Tante Tia nganterin gue sampai ke tempat busway transjakarta. Nunggu sampe buswaynya dateng.

"Kamu hati-hati ya, Riv. Nanti turun di kota, trus lewat terowongan, kamu tau kan?"

"Iya tau kok, Tan. Tadi aku lewat situ"

"Lah kamu ngapain lewat situ tadi, Riv?"

"Iya aku salahhh hahahaha aku gak hafal"

"Pantes aja tadi kamu lama sampenya. Hu dasar"

"Yaudah ya, Tan, aku pulang dulu, Tante sehat-sehat, ya"

"Iya, kamu hati-hati, nanti kita main-main lagi. Kalo udah sampe chat ya, kabarin"

"Oke"

Tamat. Wassalamualaikum!




Comments

  1. Wah, you are so lucky to be a part of their inner circle, Kak! ^^ anyway salam kenal kak, aku Nurul. Sebenernya aku ketemu blog kakak gara-gara browsing tentang Hanif, soalnya my best friend is a huuuuge fan of him!
    So yeah. Best of luck buat kuliahnya, Kak. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Nurul, salam kenal juga ya! Terimakasih udah baca blog aku. Best of luck juga buat segala urusan kamu ya :D

      Delete
  2. riv, kok kamu bisa sih inget semua percakapannya? itu begimane caranya? wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku anaknya gak mudah melupakan soalnya kaaak hahahaha

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pertemuan Riva dan Rifki

Gunung Merbabu dengan pemandangan Gunung Merapi, 2022 dokumen milik pribadi Pertemuan pertama terjadi saat di perjalanan menuju puncak Gunung Merbabu di waktu subuh. Kami adalah pendaki asing yang tidak mengenal satu sama lain, namun karena hati baiknya, kita bisa saling mengenal, bahkan hingga sekarang. Saat itu kondisi trek menuju puncak Gunung Merbabu cukup licin, karena habis diguyur hujan besar semalaman, dan aku berdua dengan sepupuku tertinggal teman yang lain. "Duluan aja, Mas, kita jalannya lama." "Gapapa, Mba, jalan aja, di belakang udah gak ada pendaki lagi soalnya, masih jauh jaraknya ke pendaki yang lain." Dan setelah aku tengok ke belakang, memang iya, saat itu tersisa kami bertiga, jarak kami jauh dengan pendaki yang di depan, juga pendaki yang di belakang kami. Lalu aku dan si Mas baik ini saling melempar pertanyaan basic ala pendaki yang bertemu di perjalanan.  "Ikut open trip tigadewa, Mas?" "Iya, Mba. Mbanya juga tigadewa?" ...

Me vs My Mind

Memutuskan untuk menjalani hubungan dengan seseorang, berarti juga harus siap dengan segala perubahan sekecil apapun di dalam kehidupan. Aku, yang baru memulai hubungan di umur 24 tahun, masih terus beradaptasi sampai di bulan kesembilan hubungan. Belajar beradaptasi dengan diri sendiri, juga pasangan. Rasanya? Yaa, ternyata cukup membutuhkan energi yang besar. Masih bertanya-tanya, kenapa ya orang lain sanggup untuk memulai hubungan dengan lawan jenis bahkan sejak dari bangku sekolah? Kenapa kok setelah mereka mengakhiri hubungan, mereka bisa dengan mudahnya memulai hubungan kembali dengan orang yang baru? Gimana prosesnya? Dan sesulit apa? Menurutku memutuskan untuk memulai suatu hubungan perlu dipikirkan dengan matang-matang, dan di usia yang matang pula. Setiap hubungan pasti ada dinamika tersendiri; naik-turunnya perasaan, masalah kecil yang muncul silih berganti, timbulnya perasaan 'si paling' dalam hubungan, kurangnya timbal balik, belajar mengerti satu sama lain, melati...

Couldn't Ask For a Better Person

Pertemuan pertama setelah pendakian Gunung Merbabu; Juni 2022 Kiranya sudah satu tahun hubungan ini mengalir dan berlalu bersama ribuan cerita baik yang berkesan hingga hari ini. Hubungan yang aku jalani bersama lelakiku yang baik hatinya dan bijak pikirannya.   Setelah bertemu kamu, narasi doa ku kepada Sang Pencipta menjadi berbeda. Bukan lagi aku yang secara rinci menyebutkan kriteria pasangan keinginanku satu persatu yang menuntut banyak hal di dalamnya. Doaku kali ini hanya satu; meminta untuk semakin diyakinkan tanpa ragu, bahwa aku akan memilih kamu menjadi pasangan hidupku, hingga akhir hayatku. -- Satu tahun yang cukup mudah dan juga lelah untuk kami yang baru pertama kali menjalani suatu hubungan. Memang tidak dipungkiri bahwa hubungan ini memiliki komunikasi yang baik. Aku bisa dengan santai bercerita apapun hingga membicarakan hal-hal yang membuat hatiku tidak nyaman karenanya, dan yang terpenting ia bisa mengatasi segala kekhawatiran yang ada di dalam pikiranku. Sering...