Skip to main content

Ada Malaikat di Jakarta Timur

Assalamualaikum cemuanyaaa... Wow ternyata orang baik tuh masih ada yaaa, yang peduli sekitar gitu. Apalagi itu orang masih SMA.

Jadi pas itu gue lagi on the way dari Bekasi mau ke Kalibata, naik motor sama adek gue si Firda berdua.

On the way jam 5 sore, karna mau ke Kalibata gue lewatnya Halim biar deket, motor gue juga ada sticker kendaraan Halim yang bisa buat masuk kawasan Halim gitu kan, jadi yaudah lewat Halim.

Nah udah dong, pas masuk Halim angin sepoi-sapoi menyambut kami. Lah apa yak.

Keadaan masih aman. Sungguh aman. Pada suatu ketika, ini motor gue kok rasanya kayak bensinnya abis, pas gue liat jarum bensinnya masih setengah. Lalu.... Motornya ngadet-ngadet.... Gue gas pun hampa.... Sungguh hampa seperti hati ini tanpanya.... HAH. Kagala canda. 

Sumpah tuh motor digas tapi gak bisa jalan, rasanya kayak bensin abis gimana sih.... Wadu aku panik.

"Yah da gimana nih kok motornya gini"
"Gatau pida" yaiyala gue aja gatau apalagi adek gue.

Lalu... Sesaat kemudian... Motor gue mati. Mati. Bener-bener mati. Di starter gak bisa. YaAllah ini gimana ya....

Yaudah gue pinggirin tuh motor. Itu posisinya sebrang jalan gue Bandara Halim Perdana Kusuma ya... 

Lalu aku punya ide cemerlang! Gak cemerlang juga sih, pasti ini yang bakal dilakuin kalian semua kalo motornya mogok. Yaitu... Telfon orang tua.

Eh.
Hp gue kagak ada sinyal.
Sial.

Untung adik ku yang langsing bagai model victoria secret itu membawa hp ayah ku yang sinyalnya sangat kuat.
((boong)) ((adek gua gendut)) 

"Hallo assalamualaikum bu, ayah mana?"
"Waalaikumsalam, emang kenapa?"
"Ayah mana?"
"Ih emang kenapa?"
"Motor teteh mogok di Halim gak bisa dinyalain"

Terus kedengeran tuh ama gue, kalo ibu gue ngomong ke ayah gue "yah, tuh motor anaknya mogok di Halim"

Ibu mulai muncul lagi ditelfon.
"Yaudah tungguin bentar, ini ayah mau nelfon Om Riaman dulu" [btw dia temennya ayah gue yang rumahnya di Halim]

Lalu aku menunggu...
Lama deh... Sampe-sampe aku update snapchat.



Eh ibu nelfon aku lagi...

"Ri, kamu dorong aja ya motornya sampe keluar Halim abis itu cari bengkel"
"Om Riaman emang gajadi?"
"Gak bisa dia lagi jenguk temennya ke rumah sakit"
"Hmm dorong ya... Yaudah deh"
"Masih jauh emang?"
"Yaa lumayan, teteh dipinggir kali deket bandara"
"Emang gabisa disela? Udah coba belom?"
"Belom teteh sela sihh. Yaudah ntar teteh coba"

Gak. Ini motor tetep gak bisa nyala walaupun gue udah sela dengan tenaga gue yang gak ada ini.

Yaudah tuh gue mulai dorong motornya, Firda bantuin dari belakang.

Gak lama kemudian dari arah yang berlawanan...
Wow....
Hayo tebak ada apaan....
Hayo....

Ada orang naik motor yamaha vixion jalannya agak lambat dan ngeliatin ke arah gue, motor gue, dan adik ku tercinta.

Terus dia muter balik. ((Ini gue liatin dari kaca spion))

LAH GATAUNYA DIA NYAMPERIN GUE.
YAALLAH ENGKAU MAHA BAIK.


"Kenapa bu motornya?"
.
.
Bu.
.
.
Bu...
Gue dipanggil ibu...
Masih kelas 3 SMA dipanggil ibu... YaAllah apa salahku...

(Gue masih pake masker, pokoknya gak gue buka. Tengsin soalnya dorong-dorong motor mukanya keliatan) ((keliatan muka melasnya))

Terus gue nengok ke dia, terus dia langsung ngeralat.

"Eh hehe kenapa motornya?"
"Ini mogok gatau kenapa gak bisa nyala"
"Udah coba disela?"
"Udah tapi gak bisa"
"Yaudah saya bantuin cup ya" 

(gue gatau nulisnya gimana, yang gue denger itu 'cup' dan maksudnya dia itu kayak distepin gitu lhoo)

"Yah aku gak bisa"
"Hmm"

Terus temennya dia lewat, cowok sama cewek boncengan. Emang kayaknya mereka mau main bertiga tapi mereka yang boncengan ini agak lama jalannya.

"Eh sini sini" panggil cowok 1 ke temennya. Trus temennya muter balik juga.
"Ini nih bantuin ngecup, lo naik motornya, dia gak bisa soalnya"
--
"Ini kenapa emang motornya?" cowok yang baru dateng ini nanya ke gue. Panggil aja cowok 2 ya.
"Mogok gatau gak bisa nyala pokoknya"
"Udah nyoba disela?"
"Udah tapi gak bisa"
Trus dia nyoba nyela motor gue. Dan tetep gak bisa. Emang udah beneran gak bisa. Mati. Beneran mati.
"Bensinnya masih ada?"
"Masih kok"
--
"Yaudah lo naik motornya dia, gue naik motor gue boncengin salah satu dari mereka, yang satunya lagi sama Dewita" (cowok 1 ngomong ke cowok 2)

Pokoknya yang cewek itu namanya Dewita.

Eh si Firda langsung naik ke motor yang cewek, yaudah berarti gue naik sama yang cowok 1 ini. Yang bawa motor vixion. Eeeheehehee

Cowok yang 2 ini bawa motor gue, sambil distepin sama cowok 1 yang lagi boncengin gue ini.

***dimotor***

"Udah nelfon orang tuanya mba?"

BUSET SEKARANG GUE DIPANGGIL MBA.
YAUDAH AKU GAPAPA. APA AJA AKU IKHLAS.

"Udah tadi nelfon ayah"
"Emang dari mana mau kemana?
"Dari Bekasi pengen ke Kalibata"
"Ooh jauh ya"

Gue gak berani nanya-nanya sama dia, takut dikira sksd. Huh. Tapi gue baca baca sticker dihelmnya dia. Karna ya mungkin dia anak gaul gitu ya helmnya penuh sticker kece.
Terus ada bacaan 'Alumnus SMA Angkasa 2' 

Dalem hati gue "wadu alumni sky nih orang. Berarti lebih tua dari gue"

Sampe keluar Halim, abis itu cari bengkel.
Pas sampe bengkel, yang cowok 2 ini nanya sama gue.
"Ini motornya kenapa tadi?"
Trus gue jelasin aja langsung ke abang bengkelnya.
"Bensinnya masih ada kan ya?" *terus dicek sama si cowok 2 ini*

Dia kagak percayaan banget dah kalo motor gue ada bensinnya. Sedih.

Mereka bertiga kayak ngomong gitu tuh. Terus cowok 2 ngomong sama gue.

"Ini kita tinggal gapapa kan?"
"Iya kak gapapa" 

Nah yang cowok 1 ini yang boncengin gue nanya juga.

"Gapapa ya mba kita tinggal? Udah nelfon orang tuanya kan?"
"Iya gapapa kak, udah kok tadi nelfon ayah"
"Nanti ayahnya kesini?"
"Iya nanti kesini" 
"Yaudah kita pamit ya mba"
"Iya makasih banyak ya kak"

SUMPAH FREAK ABIS GAK SIH. DIA MANGGIL GUE 'MBA'. SEDANGKAN GUE MANGGIL DIA 'KAK'???!?!?!?!
Dunia ini sudah gila.


*sekilas info*
Lalu ternyata, yang cowok 1, yang boncengin gue namanya Renanda, yang cewek Dewita, dan yang cowok 2 yang bawa motor gue ini gue gatau namanya siapa. [Ini tau dari Firda kalo cowok 1 itu namanya Renanda, karna dia diajak ngobrol gitu sama yang si cewek]

Dan setelah gue cari tau. Si Renanda ini bukan Alumni SMA Angkasa 2. Tapi masih kelas 3 SMA di SMA Angkasa 2. Dan temen-temennya juga sama. Hahahaha

Mukanya mereka juga masih muka-muka SMA sih, kalau pun alumni juga paling baru lulusan tahun ini gituu.

Coba deh bayangin, udah jarang banget kan orang kayak gitu? Mungkin gue udah buang-buang waktu mereka banget buat bantuin gue, karna mungkin mereka mau main. Tapi mereka mau bantuin... Gatau ya gimana bales jasanya mereka, gue aja cuma bilang makasih. Mungkin suatu waktu bisa ketemu lagi?! Amiienn

Makasi ya Renanda, Dewita, dan cowok 2!!!! Makasi banyak bangeeeettttt. Pokoknya kalian sekolah di SMA Angkasa 2, Halim. Thanks!

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pertemuan Riva dan Rifki

Gunung Merbabu dengan pemandangan Gunung Merapi, 2022 dokumen milik pribadi Pertemuan pertama terjadi saat di perjalanan menuju puncak Gunung Merbabu di waktu subuh. Kami adalah pendaki asing yang tidak mengenal satu sama lain, namun karena hati baiknya, kita bisa saling mengenal, bahkan hingga sekarang. Saat itu kondisi trek menuju puncak Gunung Merbabu cukup licin, karena habis diguyur hujan besar semalaman, dan aku berdua dengan sepupuku tertinggal teman yang lain. "Duluan aja, Mas, kita jalannya lama." "Gapapa, Mba, jalan aja, di belakang udah gak ada pendaki lagi soalnya, masih jauh jaraknya ke pendaki yang lain." Dan setelah aku tengok ke belakang, memang iya, saat itu tersisa kami bertiga, jarak kami jauh dengan pendaki yang di depan, juga pendaki yang di belakang kami. Lalu aku dan si Mas baik ini saling melempar pertanyaan basic ala pendaki yang bertemu di perjalanan.  "Ikut open trip tigadewa, Mas?" "Iya, Mba. Mbanya juga tigadewa?" ...

Me vs My Mind

Memutuskan untuk menjalani hubungan dengan seseorang, berarti juga harus siap dengan segala perubahan sekecil apapun di dalam kehidupan. Aku, yang baru memulai hubungan di umur 24 tahun, masih terus beradaptasi sampai di bulan kesembilan hubungan. Belajar beradaptasi dengan diri sendiri, juga pasangan. Rasanya? Yaa, ternyata cukup membutuhkan energi yang besar. Masih bertanya-tanya, kenapa ya orang lain sanggup untuk memulai hubungan dengan lawan jenis bahkan sejak dari bangku sekolah? Kenapa kok setelah mereka mengakhiri hubungan, mereka bisa dengan mudahnya memulai hubungan kembali dengan orang yang baru? Gimana prosesnya? Dan sesulit apa? Menurutku memutuskan untuk memulai suatu hubungan perlu dipikirkan dengan matang-matang, dan di usia yang matang pula. Setiap hubungan pasti ada dinamika tersendiri; naik-turunnya perasaan, masalah kecil yang muncul silih berganti, timbulnya perasaan 'si paling' dalam hubungan, kurangnya timbal balik, belajar mengerti satu sama lain, melati...

Couldn't Ask For a Better Person

Pertemuan pertama setelah pendakian Gunung Merbabu; Juni 2022 Kiranya sudah satu tahun hubungan ini mengalir dan berlalu bersama ribuan cerita baik yang berkesan hingga hari ini. Hubungan yang aku jalani bersama lelakiku yang baik hatinya dan bijak pikirannya.   Setelah bertemu kamu, narasi doa ku kepada Sang Pencipta menjadi berbeda. Bukan lagi aku yang secara rinci menyebutkan kriteria pasangan keinginanku satu persatu yang menuntut banyak hal di dalamnya. Doaku kali ini hanya satu; meminta untuk semakin diyakinkan tanpa ragu, bahwa aku akan memilih kamu menjadi pasangan hidupku, hingga akhir hayatku. -- Satu tahun yang cukup mudah dan juga lelah untuk kami yang baru pertama kali menjalani suatu hubungan. Memang tidak dipungkiri bahwa hubungan ini memiliki komunikasi yang baik. Aku bisa dengan santai bercerita apapun hingga membicarakan hal-hal yang membuat hatiku tidak nyaman karenanya, dan yang terpenting ia bisa mengatasi segala kekhawatiran yang ada di dalam pikiranku. Sering...